Menu

Banyak hal yg bisa kita ambil hikmah darinya. Pelajaran penting dan pengalaman berharga dalam menjalani kehidupan. Hikmah dari sisi penjalanan kewajiban, hikmah dari sisi penerimaan hak, ataupun pencapaian target dan tujuan dalam hidup.

Dilihat dari sisi level, kita akan dapati bahwa dakwah adalah tugas mulia dengan level tertinggi dari setiap pekerjaan dan tugas yang ada di muka bumi.

Mengapa...?
Itu tiada lain karena tugas dakwah ini merupakan tugas para Nabi yg hanya mendapatkan perintah dan sertifikat langsung dari Alloh, Sang Kholik, Pencipta Yang Maha Sempurna. Bukan dari manusia ataupun makhluk lain yg penuh akan kekurangan dan kelemahan.

Dilihat dari sisi bentuk, dakwah merupakan pekerjaan terlengkap (komplit) dari segala pekerjaan yg ada di muka bumi. Karena dalam dakwah, semua ajaran Islam akan kita temukan termaktub di dalamnya.

Kewajiban dalam memahami ajaran Islam secara Kaffah, entah itu dari sisi Aqidah, Mu'amalah, Munakahah, maupun Jinayah. Keterampilan dalam memahamkan org lain akan ajaran agama Islam, keterampilan dalam memahami kebutuhan org lain, dsb.

Yang kesemua itu akan kita temukan dalam ajaran Rosul ttg Kasih sayang, berusaha bermanfaat, menyenangkan dan kepedulian kepada sesama.

Bagaimana tidak...
Bukankah dalam dakwah kita dituntut utk dermawan...
Dermawan dalam memberikan ilmu, waktu, bahkan dalam memberikan segala hidup kita demi kemanfaatan pada sesama.
Bukankah dalam dakwah juga kita dituntut utk memahami org lain...
Memahami kebutuhan mereka dari sisi ruhani dan jasmani, mengalah dan tidak memaksakan kehendak dalam membimbing, memaklumi akan tindakan mereka yg didasari pada ketidak-tahuan dan kebodohan serta yg lebih dari itu, bersabar dalam mengarahkan mereka sedikit demi sedikit, setapak demi setapak.

Dari itulah, jauh2 hari Alloh dan RosulNya telah memberikan peringatan kepada kita saat berniat menempuh jalan dakwah ini dgn 2 hal penting.

1. Pelurusan Niat (Tahrirun-niyah), ikhlas dan tulus, hanya mengharapkan imbalan dari Alloh, tidak dari makhluk
2. Tawakkal (pasrah diri), bukan tawaakul

Pengertian tawakkal dalam hal ini, harus benar2 kita pahami dgn baik. Buka bentuk tawakul (kepasrahan total) yg kemudian membuat kita bersantai2 dan malas2an. Tidak ada keinginan dan usaha tinggi untuk mencapai target dan tujuan kita.

Tidak...!
Tawakkal adalah hal mulia di sisi Alloh, mengapa...?
Karena tawakkal yg kita lakukan, bukanlah kepasrahan total tanpa bergerak. Tawakkal yg kita lakukan hanyalah pemasrahan pada Alloh akan "hasil" (keberhasilan/kesuksesan/balasan) yg kita dapatkan kelak. Kecil atau besar, banyak ataupun sedikit. Dan tentunya, karena berkaitan dgn Alloh, maka usaha yg kita berikan adalah usaha terbaik dan maksimal dari seluruh kemampuan yg kita miliki. Usaha besar hingga titik darah penghabisan.

Sebagaimana yg dilakukan oleh Rosul dalam berdakwah menyebarkan Islam. Lelah, lapar, bahkan berdarah2. Dgn selalu berpedoman pada 2 slogan,
1. In Ajriya illa 'alalloh...
(Balasan usahaku hanya dari Alloh...)
2. In Uriidu illal-ishlah mastatho'tu
(Usahaku dalam perbaikan umat, semaksimal mungkin yg bisa kulakukan)

Karena itulah, sangat memprihatinkan jika kemudian para da'i mengotori hati dan diri mereka dgn kesalahan niat dalam menjalankan tugas mulia ini. Hanya demi mencari popularitas, ingin terkenal dan demi kekayaan dalam dunia yg tidak kekal ini. Na'udzubillah min dzalik.

-Ta'lim Abi KH.Ihya Ulumiddin-
Taujih ABS Kubro 25

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top